DAFTAR 10 NAMA ARSITEK DAN VIDIO KARYA LE CORBUSIER - VILLA SAVOYE

Monday, 6 May 2013

BAKERRY

Sunday, 28 April 2013




    BreadTalk adl jaringan toko roti populer asal Singapura yg jg mempunyai cabang di Asia Tenggara dan Timur Tengah. BreadTalk didirikan 6 Maret 2003 oleh George Quek, seorang wirausahawan yg sblmnya memulai jaringan food court yg sukses di Singapura, Food Junction. Konsepnya berbeda dibandingkan dgn toko2 roti lain pd umumnya, dgn memperhatikan penampilan toko yg dirancang agar terlihat eksklusif serta memperlihatkan dapur pembuatan roti kpd para pengunjungnya melalui kaca transparan. Berkat strategi pemasaran pelanggan yg baik, saat pertama kali dibuka, gerai BreadTalk seringkali dipenuhi pengunjung yg rela antri utk mencoba produknya. Rotinya yg paling terkenal adl roti yg dibubuhi abon di atasnya. Roti ini merupakan signature food BreadTalk & kini banyak ditiru berbagai toko-toko roti lainnya. Di Australia, ada pula sebuah toko roti yg mempunyai nama, logo, serta konsep yg mirip, bernama BreadTop.

     BreadTalk di Indonesia dikelola Johnny Andrean (yg jg pemilik salon terkenal) thn 2003, yg ditunjuk menjadi master franchise roti BreadTalk. Sukses dengan Bread Talk, diikuti sukses yg lain di bisnis food & beverage. Tahun 2005 masuk ke bisnis donat & kopi dgn mengibarkan J-Co Donuts & Coffee.
Saat ini gerai BreadTalk di Indonesia sudah semakin banyak, terutama di kota2 besar &sudah menjadi semacam gaya hidup bagi masyarakat urban.

Vidio Tentang Arsitektur Vernakular

Sunday, 14 April 2013

Arsitektur Vernakular di Indonesia

Sejarah Arsitektur Vernakular

Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia dan dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi arsitektur ini dapat dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di seluruh kepulauan Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar [3]. Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips [4].
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun yang berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya seperti bambu, daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari lingkungan alaminya. Selain itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya, rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan ciri dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana ukuran dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai tempat bersemayam nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan upacara untuk menghormati mereka, dan juga digunakan saebgai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting umum lainnya adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti depan dan belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan luar yang disesuaikan dengan pembedaan kelas diantara berbagai kelompok sosial masyarakat kesukuan secara umum.

Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia

Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai tradisi yang bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang dibangun oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap memperlihatkan kemiripan yang lebih besar dengan tradisi arsitektural dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dan di pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional yang lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula) di Bali, dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan Indonesia Timur juga dianggap sebagai ‘masyarakat kuno’, akan tetapi, rumah tradisional mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi arsitektur asing yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.
Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan Indonesia, yaitu:

  • Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia
Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang mempunyai karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa daerah pedalaman di berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan rumah Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya tampak bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi arsitektur vernakuler kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum adanya tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Belanda.
• Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar Danau Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan fitur tradisi arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar, yang membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi arsitektur vernakular Batak juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi (soro), serta bangunan untuk menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan jenazah (joro).
  • Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran
Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi vernakular kuno dan tradisi arsitektural asing sudah lebih sulit dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut adalah perpaduan antara bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu kedalam tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu, Hindu-Buddha, Islam, China, dan kolonial Belanda yang mana menghasilkan berbagai bentuk percampuran dengan karakter yang berbeda-beda dan sering disebut dengan nama yang khusus, seperti tipe “rumah tradisional melayu”. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan bangunan yang dibangun dengan tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah sulit dipahami akarnya, salah satu contoh yaitu rumah Aceh dan Gayo.
• Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi arsitektural dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan masyarakat melayu. Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu struktur tegak berupa tiang kayu, lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana yang meruncing tinggi. Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu lantai bagian yang berbeda berada diketinggian yang berbeda pula dan diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian tengah rumah dengan lantai yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting, biasanya ditutupi dengan atap dan langit-langit dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat, alat makan, dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang terletak diketinggian lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah tradisional Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang dari timur-barat. Hasilnya adalah rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.
  • Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi
Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat, bentuk dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular kuno telah dilebur dengan tradisi dan langgam bangunan yang datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini, maka bentuk dan fitur telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah diganti secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari pengglobalan dan pembudayaan Hindu-Buddha (antara abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural islam (sesudah abad kedua belas), ditambah dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara yang sangat tersentralisasi yang mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan kata lain tipe rumah tradisional dibagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses transformasi dari prinsip arsitektural asing dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan dari tradisi kultural domestik.
• Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara bentuk dan fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok masyarakat elite migrasi Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-raja islam. Karena kehadiran mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya maka tradisi arsitektural masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut berubah. Namun tradisi vernakular dan langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh masyarakat Aga yang mendiami daerah pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua tipe rumah tradisional Bali, tipe rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu percampuran bentuk tradisi antara fitur lama dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi vernakular dan langggam bangunan kuno.
Rumah Bali
www. wacananusantara.org
  • Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.
Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang berbeda-beda namun tetap mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural yaitu menghormati arwah para nenek moyang, ritual pemakaman yang sangat rumit, tradisi panjang peperangan antar suku dan antardesa yang baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain dari kepulauan Indonesia. Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka masih memainkan peran yang sangat penting, beberapa contoh rumah yang paling dikenal dari tradisi vernakular arsitektur yaitu rumah tradisional masyarakat Sasak dibagian timur Pulau Lombok, masyarakat Manggarai dan Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di pulau Timor, dan masyarakat Dani di pedalaman Papua, di bagian barat New Guinea. Di kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua bentuk arsitektural utama, yang pertama adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan karakteristik tradisi arsitektur vernakular Austronesia dan terdapat dua variasi yaitu rumah yang didirikan diatas struktur tiang, terletak di permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang berdenah lantai melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon, sehingga menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya dengan rumah tradisional lain di kepulauan Indonesia.
• Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya dengan tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau, kultur masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain jelas mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia Timur. Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu rumah tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.
Rumah Sasak
www. ahgidaman.blogspot.com

Bagaimana Melestarikannya

Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Nusantara contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur candi/kuil sebagian besar sudah tidak difungsikan sebagaimana seharusnya, demikian halnya dengan bangunan peninggalan bangsa lain seperti Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik, akan dimanfaatkan dengan fungsi baru. Sedangkan arsitektur etnik yang kebanyakan adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat ini sebagian besar masyarakat setempat masih tetap membangun bangunan baru dengan gaya lama. Di beberapa tempat di Indonesia dalam empat puluh tahun terakhir ini, telah banyak usaha yang dilakukan untuk menghentikan kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya tradisi arsitektur vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah dipelihara dan dilestarikan sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disana terdapat berbagai jenis model rumah tradisional. Di samping itu di beberapa daerah, bangunan pemerintah dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau paling umum di daerah tersebut, semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi dan warisan budaya serta kebanggaan akan identitas kedaerahan.

Kesimpulan

Di beberapa tempat di Kepulauan Indonesia, tradisi arsitektur vernakular tetap terus dipertahankan, sebagian besar tetap berlangsung kaku tanpa adanya modifikasi, sebagian lagi dibangun secara modern tetapi dengan menambahkan fitur dan tradisi arsitektur vernakular. Tradisi dan gaya arsitektur vernakular tetap penting bagi orang Indonesia karena berbagai alasan, kepentingan, maupun kegunaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya agar kepunahannya dapat dihentikan, di samping itu pelestariannya untuk generasi yang akan datang tergantung kepada besarnya kesadaran akan pentingnya tradisi dan nilai-nilai dari warisan budaya yang tak ternilai.

sumber :dari berbagai sumber (google)

Bamboo Living Homes (Konsep menyatu dengan alam)

Tuesday, 9 April 2013

Konsep Desain yang menyatu dengan alam

Sunday, 7 April 2013

Desain Yang Menyatu dengan Alam

Falling Water, Frank Lloyd Wright
  
Dikenal sebagai "arsitek terbesar Amerika sepanjang waktu", Frank Lloyd Wright merancang suatu rumah yang luar biasa yang dikenal sebagai Fallingwater yang mendefinisikan kembali hubungan antara manusia, arsitektur, dan alam.Fallingwater berdiri sebagai salah satu karya Frank Wright terbesar. Rumah Fallingwater dibangun sebagai rumah akhir pekan untuk pemilik Mr Edgar Kaufmann, istrinya, dan anak mereka, yang ia mengembangkan persahabatan dengan melalui anak mereka yang belajar di sekolah Wright, Fellowship Taliesin. Air terjun, retreat keluarga selama lima belas tahun dan ketika mereka ditugaskan Wright untuk merancang rumah mereka membayangkan satu seberang air terjun, sehingga mereka bisa memilikinya dalam pandangan mereka.  Sebaliknya, Wright terpadu desain rumah dengan air terjun itu sendiri, menempatkannya tepat di atasnya untuk membuatnya menjadi bagian dari kehidupan Kaufmanns '.
Frank Lloyd Wright berkisar desain rumah di sekitar perapian, perapian rumah yang ia dianggap sebagai tempat berkumpul keluarga. Keindahan ruang-ruang yang ditemukan dalam ekstensi mereka terhadap alam, dilakukan dengan teras kantilever panjang. Menembak keluar pada serangkaian sudut kanan, teras menambahkan unsur patung untuk rumah selain dari fungsi mereka.
Lihat rumah sebagai perubahan cahaya sepanjang hari atau melihat perubahan musim. Rumah Fallingwater terletak dalam sebuah cagar alam 5.100 hektar, yang kadang-kadang menyediakan lingkungan yang sulit untuk teknologi komunikasi.
Cascade House, Paul Raff
Cascade House merupakan penerima penghargaan Multi-Award yang dirancang oleh Paul Raff, dengan konsep desain “ rumah ramah lingkungan yang dilengkapi dengan desain sistem surya”.
Terletak di Toronto Forest Hill, Cascade House berdiri ibarat sebuah 
patung kotak yang terdiri dari pecahan kaca dan batu tulis hitam. Rumah ini dibangun untuk sebuah keluarga pindahan dari Arizona yang mencintai seni modern dimana mereka sangat menginginkan rumah yang memiliki pencahayaan alami. Dibangun dengan luas 353 m2.

Cascade House terdiri diri dari tiga lantai ditambah satu basement. Pada tampak selatan yang menonjol adalah lantai satu dan dua saja. Sehingga sekilas tingginya hanya terlihat seperti dua lantai saja. Bentukan fasade rumah ini sangat dinamis. Dimana ketinggian fasade dari ujung kiri keujung kanan terlihat seimbang mengikuti kontur tanah yang semakin meninggi pula. Ini adalah sebagai salah satu respon bangunan terhadap alam sehingga terjadi kerja sama yang enak dipandang. Konsep ini sengaja diterapkan oleh Paul Raff karena
memang ini adalah pekerjaan favoritnya, menyatukan bangunan dengan alam.

Kecintaan paul terhadap alam menjadikan karya-karya sebagai bangunan yang tumbuh dan menyatu dengan alam. Tidak ahanya dari bentukan fasade dan masa bangunan, namun material pun menjadi salah satu bagian yang dapat ia explor sebagai tampilan akhir bangunan yang membuat bangunan semakin menyatu dengan alam.
“We always start from first principles of human scale and flow, and in search of opportunities to engage light and landscape, once we began to work with glass and slate, the house became characterized by a powerful material presence that is activated as these materials come alive in response to natural light.” Paul Raff.
Material yang digunkan Paul adalah material alam atau yang menyerupainya. Seperti batu alam dan kaca. Kedua material ini menjadi material dominan pada bangunan Cascade House ini. Dimana hampir semua permukaan dinding exterior ditutupi dengan batu alam. Tidak hanya bagian exterior, bagian interior pun sebagian besar ditutupi oleh batu alam.

Dimensi dari fasade Cascade House yang cukup ideal, menjadikan rumah ini di ibaratkan patung kotak Froles Hill yang berdiri kokoh dipuncak Flores Hill. Kenapa disebut patung kotak? Jawabannya jelas terlihat dari bentuk fasade Cascade House yang memang terdiri dari beberapa bentuk persegi empat yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik seperti yang diharapkan Paul, yang tadi sudah dijelaskan yaitu merespon alam.
Persegi empat pertama merupakan tampilan dari ruang tamu yang berada di lantai satu sebelah barat. Tampilan yang paling menonjol pada bidang ini adalah sebuah jendela besar yang langsung menghadap selatan. Keunikan dari jendela ini ialah dapat melihat kedramatisan pergantian musim jika dilihat dari dalam ruang tamu. Tidak hanya itu jendela ini  juga sebagai respon akan cahaya dan penghangat alami.

Untuk menyatukan alam dengan ruangan didalam rumah, Paul menggunakan jendela besar yang ditutupi kaca. Hal ini tentunya akan membuat penghuni dari dalam rumah tetap bisa melihat lingkungan sekitar jauh lebih leluasa dibanding rumah lain yang memiliki jendela kaca kecil.
Pada fasade depan ruang tamu, dinding dan jendela kaca dilapisi dengan pecahan kaca setebal 19mm warna hijau lumut yang terlihat mengkilat seperti air yang jatuh mengalir dari atas bangunan. Warna yang tepat dan selaras dengan alam.Meskipun bertemakan material alam namun semua material yang digunakan merupakan material pabrikasi. Dengan kata lain penggunaan material rumah ini menggunakan metode baru yang lebih modern.
Entrance pada Cascade House menggunakan pola sirkulasi tidak langsung, ini terlihat dari jalan masuk yang menghubungkan rumah dengan jalan yang sengaja dibelokan terlebih dahuu sebelum masuk ke dalam rumah. Padahal site memungkinkan untuk jalan langsung lurus ke pintu.
Menyatu dengan Alam Perbukitan
Konsep desain hunian yang diliput ini berawal dari keinginan developer Pramestha Residence untuk membangun permukiman di kawasan Dago Giri, Bandung tanpa mengurangi luas daerah resapan air di Jawa Barat.
Pengembang bersama dengan arsitek Tan Tik Lam bersepakat untuk merancang hunian yang berwawasan lingkungan (green design) sekaligus memanfaatkan pemandangan alam sekitarnya sebagai daya tarik utama.

Ada dua massa yaitu bangunan utama yang berukuran besar dan terbuka serta bangunan servis yang ramping. Untuk menyesuaikan desain dengan kontur berupa lereng yang menurun curam ke arah belakang, hunian dirancang berbentuk bangunan empat lantai ke bawah dengan lantai dasar yang tidak menjejak ke tanah.


Hunian ini ditopang oleh konstruksi balok dan kolom-kolom beton yang diekpos menyerupai rumah panggung modern untuk menghindari perusakan lahan dengan cara cut and fill biasa dan agar air hujan tetap mengalir.
Posisi bangunan utama di desain mundur sekitar 10 m, lebih rendah dari jalan kompleks dan dapat diakses melalui ramp. Letak bangunan servis dibuat seolah-olah hanya “berpegangan” pada tepi lereng sehingga yang terlihat dari jalan hanya carport di lantai teratas. Luas bangunan 1500 m2 ini juga mengikuti Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu 20% dari luas lahan. Lahan paling bawah diolah menjadi kolam renang dan dek sedangkan area di sekelilingnya ditanami pepohonan.
Wujud bangunan didominasi oleh bentuk kotak geometris yang simpel dengan dinding penyekat atau jendela kaca transparan dari lantai sampai plafon dan atap model datar. Arsitek merancang susunan ruang secara efisien, nyaman dan “mengalir” serta memberi pilihan atau “pengalaman” yang berbeda di tiap ruang juga memakai material yang mudah merawatnya.
Untuk interior, tim desainer W+ berupaya menciptakan suasana yang nyaman dan teduh serta mendukung tampilan bangunan yang modern.

sumber :dari berbagai sumber (google)