Desain Yang Menyatu dengan Alam
Falling Water, Frank Lloyd Wright
Dikenal sebagai "arsitek terbesar Amerika sepanjang waktu", Frank Lloyd
Wright merancang suatu rumah yang luar biasa yang dikenal sebagai
Fallingwater yang mendefinisikan kembali hubungan antara manusia,
arsitektur, dan alam.Fallingwater berdiri sebagai salah satu karya Frank
Wright terbesar. Rumah Fallingwater dibangun sebagai rumah akhir pekan
untuk pemilik Mr Edgar Kaufmann, istrinya, dan anak mereka, yang ia
mengembangkan persahabatan dengan melalui anak mereka yang belajar di
sekolah Wright, Fellowship Taliesin. Air terjun, retreat keluarga selama
lima belas tahun dan ketika mereka ditugaskan Wright untuk merancang
rumah mereka membayangkan satu seberang air terjun, sehingga mereka bisa
memilikinya dalam pandangan mereka. Sebaliknya, Wright terpadu desain
rumah dengan air terjun itu sendiri, menempatkannya tepat di atasnya
untuk membuatnya menjadi bagian dari kehidupan Kaufmanns '.
Frank Lloyd Wright berkisar desain rumah di sekitar perapian, perapian
rumah yang ia dianggap sebagai tempat berkumpul keluarga. Keindahan
ruang-ruang yang ditemukan dalam ekstensi mereka terhadap alam,
dilakukan dengan teras kantilever panjang. Menembak keluar pada
serangkaian sudut kanan, teras menambahkan unsur patung untuk rumah
selain dari fungsi mereka.
Lihat rumah sebagai perubahan cahaya sepanjang hari atau melihat
perubahan musim. Rumah Fallingwater terletak dalam sebuah cagar alam
5.100 hektar, yang kadang-kadang menyediakan lingkungan yang sulit untuk
teknologi komunikasi.
Cascade House, Paul Raff
Cascade House merupakan penerima penghargaan Multi-Award yang dirancang
oleh Paul Raff, dengan konsep desain “ rumah ramah lingkungan yang
dilengkapi dengan desain sistem surya”.
Terletak di Toronto Forest Hill, Cascade House berdiri ibarat sebuah
patung kotak yang terdiri dari pecahan kaca dan batu tulis hitam. Rumah
ini dibangun untuk sebuah keluarga pindahan dari Arizona yang mencintai
seni modern dimana mereka sangat menginginkan rumah yang memiliki
pencahayaan alami. Dibangun dengan luas 353 m2.
Cascade House terdiri diri dari tiga lantai ditambah satu basement. Pada
tampak selatan yang menonjol adalah lantai satu dan dua saja. Sehingga
sekilas tingginya hanya terlihat seperti dua lantai saja. Bentukan
fasade rumah ini sangat dinamis. Dimana ketinggian fasade dari ujung
kiri keujung kanan terlihat seimbang mengikuti kontur tanah yang semakin
meninggi pula. Ini adalah sebagai salah satu respon bangunan terhadap
alam sehingga terjadi kerja sama yang enak dipandang. Konsep ini sengaja
diterapkan oleh Paul Raff karena
memang ini adalah pekerjaan favoritnya, menyatukan bangunan dengan alam.
Kecintaan paul terhadap alam menjadikan karya-karya sebagai bangunan
yang tumbuh dan menyatu dengan alam. Tidak ahanya dari bentukan fasade
dan masa bangunan, namun material pun menjadi salah satu bagian yang
dapat ia explor sebagai tampilan akhir bangunan yang membuat bangunan
semakin menyatu dengan alam.
“We always start from first principles of human scale and flow, and in
search of opportunities to engage light and landscape, once we began to
work with glass and slate, the house became characterized by a powerful
material presence that is activated as these materials come alive in
response to natural light.” Paul Raff.
Material yang digunkan Paul adalah material alam atau yang
menyerupainya. Seperti batu alam dan kaca. Kedua material ini menjadi
material dominan pada bangunan Cascade House ini. Dimana hampir semua
permukaan dinding exterior ditutupi dengan batu alam. Tidak hanya bagian
exterior, bagian interior pun sebagian besar ditutupi oleh batu alam.
Dimensi dari fasade Cascade House yang cukup ideal, menjadikan rumah ini
di ibaratkan patung kotak Froles Hill yang berdiri kokoh dipuncak
Flores Hill. Kenapa disebut patung kotak? Jawabannya jelas terlihat dari
bentuk fasade Cascade House yang memang terdiri dari beberapa bentuk
persegi empat yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki
karakteristik seperti yang diharapkan Paul, yang tadi sudah dijelaskan
yaitu merespon alam.
Persegi empat pertama merupakan tampilan dari ruang tamu yang berada di
lantai satu sebelah barat. Tampilan yang paling menonjol pada bidang ini
adalah sebuah jendela besar yang langsung menghadap selatan. Keunikan
dari jendela ini ialah dapat melihat kedramatisan pergantian musim jika
dilihat dari dalam ruang tamu. Tidak hanya itu jendela ini juga
sebagai respon akan cahaya dan penghangat alami.
Untuk menyatukan alam dengan ruangan didalam rumah, Paul menggunakan
jendela besar yang ditutupi kaca. Hal ini tentunya akan membuat penghuni
dari dalam rumah tetap bisa melihat lingkungan sekitar jauh lebih
leluasa dibanding rumah lain yang memiliki jendela kaca kecil.
Pada fasade depan ruang tamu, dinding dan jendela kaca dilapisi dengan
pecahan kaca setebal 19mm warna hijau lumut yang terlihat mengkilat
seperti air yang jatuh mengalir dari atas bangunan. Warna yang tepat dan
selaras dengan alam.Meskipun bertemakan material alam namun semua
material yang digunakan merupakan material pabrikasi. Dengan kata lain
penggunaan material rumah ini menggunakan metode baru yang lebih modern.
Entrance pada Cascade House menggunakan pola sirkulasi tidak langsung,
ini terlihat dari jalan masuk yang menghubungkan rumah dengan jalan yang
sengaja dibelokan terlebih dahuu sebelum masuk ke dalam rumah. Padahal
site memungkinkan untuk jalan langsung lurus ke pintu.
Menyatu dengan Alam Perbukitan
Konsep desain hunian yang diliput ini berawal dari keinginan developer
Pramestha Residence untuk membangun permukiman di kawasan Dago Giri,
Bandung tanpa mengurangi luas daerah resapan air di Jawa Barat.
Ada dua massa yaitu bangunan utama yang berukuran besar dan terbuka serta bangunan servis yang ramping. Untuk menyesuaikan desain dengan kontur berupa lereng yang menurun curam ke arah belakang, hunian dirancang berbentuk bangunan empat lantai ke bawah dengan lantai dasar yang tidak menjejak ke tanah.
Hunian ini ditopang oleh konstruksi balok dan kolom-kolom beton yang diekpos menyerupai rumah panggung modern untuk menghindari perusakan lahan dengan cara cut and fill biasa dan agar air hujan tetap mengalir.
Posisi bangunan utama di desain mundur sekitar 10 m, lebih rendah dari jalan kompleks dan dapat diakses melalui ramp. Letak bangunan servis dibuat seolah-olah hanya “berpegangan” pada tepi lereng sehingga yang terlihat dari jalan hanya carport di lantai teratas. Luas bangunan 1500 m2 ini juga mengikuti Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu 20% dari luas lahan. Lahan paling bawah diolah menjadi kolam renang dan dek sedangkan area di sekelilingnya ditanami pepohonan.
Wujud bangunan didominasi oleh bentuk kotak geometris yang simpel dengan dinding penyekat atau jendela kaca transparan dari lantai sampai plafon dan atap model datar. Arsitek merancang susunan ruang secara efisien, nyaman dan “mengalir” serta memberi pilihan atau “pengalaman” yang berbeda di tiap ruang juga memakai material yang mudah merawatnya.
Untuk interior, tim desainer W+ berupaya menciptakan suasana yang nyaman dan teduh serta mendukung tampilan bangunan yang modern.
sumber :dari berbagai sumber (google)
0 comments:
Post a Comment