Sejarah Arsitektur Vernakular
Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi
vernakular Indonesia dan dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari
tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama dirujukkan pada tradisi
arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi
arsitektur ini dapat dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang
mendiami daerah pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan Vietnam Utara
kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat
melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur
yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai
konsekuensinya, maka hampir di seluruh kepulauan Indonesia rumah
tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular memiliki
kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis
struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional
Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun
berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia kuno yaitu:
struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam
kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi
batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan
bagian depan atap yang condong mencuat keluar [3].
Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah
tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur
vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai
berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk
sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips [4].
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk
kotak maupun yang berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu
dan material alami lainnya seperti bambu, daun palem, rumput, dan serat
yang semuanya diambil langsung dari lingkungan alaminya. Selain itu,
rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang
dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan
yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya,
rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan ciri
dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana
ukuran dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari
pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai
tempat bersemayam nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan
upacara untuk menghormati mereka, dan juga digunakan saebgai tempat
penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting umum lainnya
adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti
depan dan belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan
luar yang disesuaikan dengan pembedaan kelas diantara berbagai kelompok
sosial masyarakat kesukuan secara umum.
Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia
Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan
mempunyai tradisi yang bila dilihat dari perspektif sejarah
kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan masyarakat yang
tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang
dibangun oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap
memperlihatkan kemiripan yang lebih besar dengan tradisi arsitektural
dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di
Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di
daerah dataran rendah dan di pantai. Rumah tradisional yang dibangun
oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan masyarakat Batak yang
tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional yang
lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka.
Masyarakat Aceh di Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau
Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula) di Bali, dan masyarakat Dayak di
Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan Indonesia Timur
juga dianggap sebagai ‘masyarakat kuno’, akan tetapi, rumah tradisional
mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam
tradisi arsitektur asing yang muncul di kepulauan Indonesia yang
merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.
Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan Indonesia, yaitu:
- Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia
Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang
mempunyai karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular
yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa daerah pedalaman di berbagai
pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan rumah
Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya
tampak bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi
arsitektur vernakuler kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum
adanya tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial
Belanda.
• Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di
sekitar Danau Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara
merupakan bentuk umum dan fitur tradisi arsitektur kuno di Indonesia.
Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar, yang membangun rumah
tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang berbeda-beda
tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi
arsitektur vernakular Batak juga terdapat pada bangunan komunal (bale),
lumbung padi (soro), serta bangunan untuk menggiling beras dan rumah
untuk orang menyimpan jenazah (joro).
- Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran
Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi
vernakular kuno dan tradisi arsitektural asing sudah lebih sulit
dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut adalah perpaduan antara
bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu
kedalam tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu,
Hindu-Buddha, Islam, China, dan kolonial Belanda yang mana menghasilkan
berbagai bentuk percampuran dengan karakter yang berbeda-beda dan sering
disebut dengan nama yang khusus, seperti tipe “rumah tradisional
melayu”. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan bangunan yang
dibangun dengan tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno
Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah sulit dipahami akarnya,
salah satu contoh yaitu rumah Aceh dan Gayo.
• Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran
tradisi arsitektural dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan
langgam bangunan masyarakat melayu. Bentuk luar rumah merupakan bentuk
rumah Austronesia yaitu struktur tegak berupa tiang kayu, lantai yang
ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana yang
meruncing tinggi. Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu
lantai bagian yang berbeda berada diketinggian yang berbeda pula dan
diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian tengah rumah
dengan lantai yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting,
biasanya ditutupi dengan atap dan langit-langit dimana terdapat ruang
yang digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat, alat makan, dan
pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang terletak diketinggian
lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan
menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan.
Rumah tradisional Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang
jalan yang membentang dari timur-barat. Hasilnya adalah rumah yang
menghadap ke utara atau ke selatan.
- Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi
Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok
Barat, bentuk dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur
vernakular kuno telah dilebur dengan tradisi dan langgam bangunan yang
datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini, maka bentuk dan fitur
telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah
diganti secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari
pengglobalan dan pembudayaan Hindu-Buddha (antara abad kedua hingga
kelima), dan ekspansi kultural islam (sesudah abad kedua belas),
ditambah dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara yang sangat
tersentralisasi yang mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan
mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan kata lain tipe rumah
tradisional dibagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses
transformasi dari prinsip arsitektural asing dengan bentuk dan fitur
yang merupakan warisan dari tradisi kultural domestik.
• Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh
percampuran antara bentuk dan fitur lama dan baru. Hal ini sebagian
besar disebabkan dari sekelompok masyarakat elite migrasi Hindu-Buddha
dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-raja islam. Karena
kehadiran mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya
maka tradisi arsitektural masyarakat yang lebih tua didaerah dataran
rendah ikut berubah. Namun tradisi vernakular dan langgam bangunan kuno
tetap dipraktikkan oleh masyarakat Aga yang mendiami daerah pedalaman
dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua tipe rumah tradisional
Bali, tipe rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu percampuran
bentuk tradisi antara fitur lama dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah
tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi vernakular dan
langggam bangunan kuno.
Rumah Bali
www. wacananusantara.org
- Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.
Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang
berbeda-beda namun tetap mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural
yaitu menghormati arwah para nenek moyang, ritual pemakaman yang sangat
rumit, tradisi panjang peperangan antar suku dan antardesa yang
baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain dari
kepulauan Indonesia. Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka
masih memainkan peran yang sangat penting, beberapa contoh rumah yang
paling dikenal dari tradisi vernakular arsitektur yaitu rumah
tradisional masyarakat Sasak dibagian timur Pulau Lombok, masyarakat
Manggarai dan Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di pulau Timor,
dan masyarakat Dani di pedalaman Papua, di bagian barat New Guinea. Di
kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua bentuk arsitektural
utama, yang pertama adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan
karakteristik tradisi arsitektur vernakular Austronesia dan terdapat dua
variasi yaitu rumah yang didirikan diatas struktur tiang, terletak di
permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang berdenah lantai
melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon,
sehingga menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya
dengan rumah tradisional lain di kepulauan Indonesia.
• Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain
halnya dengan tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang
mendiami bagian barat pulau, kultur masyarakat sasak adalah sinkretis
antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik animistis.
Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan
lain jelas mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal
bangunan Indonesia Timur. Adapun contoh bangunan yang dapat
diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu rumah tradisional
Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur
atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal
tipe joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan
padi sangat serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang
ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.
Rumah Sasak
www. ahgidaman.blogspot.com
Bagaimana Melestarikannya
Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah
kepulauan Nusantara contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur
candi/kuil sebagian besar sudah tidak difungsikan sebagaimana
seharusnya, demikian halnya dengan bangunan peninggalan bangsa lain
seperti Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik, akan
dimanfaatkan dengan fungsi baru. Sedangkan arsitektur etnik yang
kebanyakan adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat ini sebagian
besar masyarakat setempat masih tetap membangun bangunan baru dengan
gaya lama. Di beberapa tempat di Indonesia dalam empat puluh tahun
terakhir ini, telah banyak usaha yang dilakukan untuk menghentikan
kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya tradisi
arsitektur vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah
dipelihara dan dilestarikan sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) disana terdapat berbagai jenis model rumah
tradisional. Di samping itu di beberapa daerah, bangunan pemerintah
dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau paling umum
di daerah tersebut, semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi
dan warisan budaya serta kebanggaan akan identitas kedaerahan.
Kesimpulan
Di beberapa tempat di Kepulauan Indonesia, tradisi arsitektur vernakular
tetap terus dipertahankan, sebagian besar tetap berlangsung kaku tanpa
adanya modifikasi, sebagian lagi dibangun secara modern tetapi dengan
menambahkan fitur dan tradisi arsitektur vernakular. Tradisi dan gaya
arsitektur vernakular tetap penting bagi orang Indonesia karena berbagai
alasan, kepentingan, maupun kegunaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu
upaya agar kepunahannya dapat dihentikan, di samping itu pelestariannya
untuk generasi yang akan datang tergantung kepada besarnya kesadaran
akan pentingnya tradisi dan nilai-nilai dari warisan budaya yang tak
ternilai.
sumber :dari berbagai sumber (google)